Walpurgisnacth, dari ritual sesat menjadi festival budaya

Walpurgisnacth, dari ritual sesat menjadi festival budaya


         Jauh pada abad ke-7 di Eropa Tengah, sebuah budaya pagan yang disebut Walpurgisnacht (bahasa Jerman: Sankt Walpurgisnacht) menjadi sebuah perayaan pengusiran roh jahat pada malam 30 April. Pada awalnya, ritual ini merupakan bagian dari tradisi kuno masyarakat Jermanik dan Nordik yang menyambut datangnya musim semi—masa ketika bumi kembali hidup setelah bulan-bulan panjang musim dingin. Api unggun dinyalakan di puncak bukit, tarian digelar di bawah sinar bulan, dan musik rakyat menggema hingga fajar. Bagi mereka, cahaya api adalah simbol kemenangan kehidupan atas kegelapan, kehangatan atas dingin, dan harapan atas ketakutan.

Namun, ketika agama Kristen mulai menyebar ke wilayah Eropa Tengah, semua yang bersifat pagan menghadapi tantangan baru: bagaimana bertahan tanpa dianggap sebagai bidah. Menariknya, bukan semua tradisi lama dihapus. Sebagian justru diadaptasi, diubah maknanya, bahkan di-“baptis” secara simbolik agar sejalan dengan ajaran baru. Dari sinilah kisah unik Walpurgisnacht mulai menemukan bentuknya yang sekarang—sebuah perayaan di mana paganisme dan kekristenan saling berpelukan dalam kabut sejarah dan folklor.

Sekitar abad ke-8, datanglah seorang biarawati asal Inggris bernama Walpurga (atau Walburga). Ia adalah bagian dari rombongan misionaris yang dipimpin St. Bonifasius, yang bertekad menyebarkan ajaran Kristen ke tanah Jerman. Walpurga dikenal karena kesalehannya, kemampuannya menyembuhkan penyakit, dan keberaniannya melindungi orang dari kejahatan. Setelah wafat, ia dikanonisasi, dan tanggal 1 Mei ditetapkan sebagai hari peringatannya. Secara kebetulan—atau mungkin tidak—tanggal ini bertepatan dengan hari suci musim semi dalam kalender pagan kuno. Maka, malam sebelumnya, 30 April, lambat laun disebut Walpurgisnacht, “malam Walpurga”

Walpurga(walburga)

Di sinilah dua dunia bertemu. Api unggun yang dulunya dinyalakan untuk mengusir roh musim dingin kini dianggap sebagai simbol doa untuk melindungi diri dari setan. Lagu dan tarian rakyat yang dulu memuliakan kesuburan alam, sekarang dilihat sebagai bentuk sukacita atas perlindungan Tuhan melalui Santa Walpurga. Gereja, dalam kebijakannya yang pragmatis, tidak memadamkan api lama itu—melainkan memberinya makna baru. Walpurgisnacht menjadi malam suci, malam penjagaan spiritual, malam doa melawan kejahatan.

Tetapi waktu, seperti biasa, menulis ulang makna. Memasuki abad ke-15, di tengah gelombang perburuan penyihir yang melanda Eropa, tradisi rakyat lama kembali disalahpahami. Api unggun, nyanyian malam, dan keramaian di bukit dianggap sebagai sabbat penyihir—pertemuan rahasia para wanita penyembah iblis. Legenda pun lahir: bahwa pada malam Walpurgis, para penyihir terbang dengan sapu menuju Gunung Brocken di Harz, tempat mereka berpesta dengan setan. Imajinasi ini diperkuat oleh karya sastra besar seperti Faust karya Goethe, yang menggambarkan Walpurgisnacht sebagai malam kegilaan dan godaan.

Festival Walpurgisnacth.

Namun di balik mitos kegelapan itu, ada lapisan makna yang lebih lembut dan manusiawi. Walpurgisnacht, pada hakikatnya, adalah tentang perubahan dan pembersihan. Tentang mengusir yang lama dan menyambut yang baru. Tentang transisi—baik dari musim dingin ke musim semi, dari takut ke harap, maupun dari gelap ke terang. Ia adalah simbol bagaimana manusia di segala zaman berusaha memahami siklus alam dan spiritualitas dalam satu tarikan napas.

Hari ini, di Jerman, Swedia, dan Finlandia, Walpurgisnacht tidak lagi menakutkan. Ia menjadi festival rakyat penuh nyala api, kostum penyihir, musik rakyat, dan tawa. Di Gunung Brocken, ribuan orang berkumpul setiap tahun, bukan untuk menyembah setan, tapi untuk merayakan budaya, sejarah, dan kehidupan yang terus berputar.

Ironis, mungkin—sebuah malam yang dulu dianggap penuh sihir kini justru menyihir kita dengan keindahan tradisinya. Dan dari setiap lidah api yang menari di malam Walpurgis, kita diingatkan bahwa terang selalu menemukan jalannya, bahkan di tengah bayangan masa lalu.

Sumber:

https://www.britannica.com/topic/Walpurgis-Night?

https://www.worldhistory.org/Walpurgis_Night/?

https://en.wikipedia.org/wiki/Walpurgis_Night?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Zodiac, dari menerawang angkasa sampai menerawang takdir

Mahkluk mitologi terpopuler